Senin, 14 November 2011

FENOMENA LANGIT TERBELAH

Bahkan di atas Danau Michigan, Amerika Serikat, langit pernah terbelah lebih dari tiga.
Selasa, 15 November 2011, 11:45 WIB
Anggi Kusumadewi

Fenomena langit 'terbelah' di Kota Pontianak, Kalimantan Barat. (VIVAnews/Aceng Mukaram)

VIVAnews – Fenomena langit ‘terbelah’ yang terjadi di Pontianak, Kalimantan Barat, ternyata juga pernah terjadi di Yogyakarta dan Padang. Hal itu diungkapkan oleh Peneliti Utama Astronomi-Astrofisika Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) Thomas Djamaluddin.

“Pernah muncul di Yogyakarta tahun 2010 lalu. Di banyak tempat bisa saja terjadi,” kata Thomas saat berbincang dengan VIVAnews, Selasa 15 November 2011.

Fenomena langit terbelah di Yogyakarta dan Padang juga telah ramai beredar di YouTube. Untuk langit terbelah di Yogya, dapat dilihat di tautan ini, sedangkan langit terbelah di Padang dapat dilihat di tautan berikut.

Fenomena langit terbelah juga bukan hanya terjadi di Indonesia. Fenomena serupa terlihat di atas Danau Michigan, Amerika Serikat, Agustus 2010 lalu. Uniknya, langit di atas Danau Michigan saat itu bahkan terbelah lebih dari tiga. Gambar langit terbelah di atas Danau Michigan dapat dilihat di sini.

Langit terbelah dikenal dengan istilah ‘crepuscular rays.’ “Disebut crepuscular rays bila ujung belahan tampak dari arah matahari terbit atau terbenam, dan disebut anticrepuscular rays apabila ujung belahan seolah tampak dari arah berlawanan dari matahari terbit atau terbenam,” terang Thomas, seperti juga pernah ia jelaskan dalam blognya.

Langit terbelah, menurut Thomas, disebabkan oleh adanya awan cumulus nimbus atau awan hujan yang menjulang di ufuk atau horizon, sehingga menghalangi cahaya matahari terbit atau terbenam. Cahaya matahari menjelang terbit atau yang baru terbenam, dihamburkan oleh atmosfer dan awan di sekitar ufuk, dan menjadikan langit berwarna merah.

“Tetapi karena ada sebagian cahaya yang terhalang awan cumulus nimbus, maka seolah ada celah hilam yang membelah langit,” papar Thomas. Bila awan cumulus nimbus tersebut sangat tebal, lanjut Thomas, maka cahaya kontrasnya akan terlihat di seluruh langit, sehingga seolah seluruh langit terbelah dari Barat ke Timur.

Thomas menegaskan, fenomena langit terbelah atau crepuscular rays tidak ada kaitannya sama sekali dengan cuaca ekstrim atau pertanda bencana alam. “Itu fenomena biasa, jangan dihubung-hubungkan dengan yang lain,” ujar dia. (umi)
• VIVAnews

Tidak ada komentar:

Posting Komentar